Akhir- akhir ini media dipenuhi berita- berita mengenai Arfificial Intelligence melalui produknya ChatGPT. Sebelumnya internet dihebohkan oleh pemberitaan NFT (Non Fungitable Token) yang dibangun dengan sistem Block Chain. Saat itu memang masa dimana orang mulai aktif kembali setelah masa pandemi dianggap selesai. Yang menarik adalah bagaimana orang bisa menghasilkan ratusan juta dollar dengan menjual hasil karya digitalnya dengan mata uang digital. Biasanya karya NFT berbentuk gambar- gambar digital, lagu- lagu, tulisan hasil karya sendiri, animasi singkat, atau apapun yang dihasilkan bisa berbentuk digital dan hasil karya sendiri diperjualbelikan di beberapa marketplace.

Indonesia ikut menyumbang hebohnya dunia NFT ini dengan foto- foto selfie seorang anak muda bernama Ghozali. Dengan akun bernama Ghozali Everyday di marketplace Opensea dia berhasil menjual produknya mencapai 277 ETH yaitu setara dengan 13,3 milyar saat itu. Dia secara konsisten memposting foto selfie dirinya setiap hari, hal ini dilakukannya semenjak tahun 2011. Dengan pendapatannya yang fantastis tersebut langsung membuat Ghozali terkenal. Ya saat itu dia menjual konsep yang berbeda dengan pencipta NFT lainnya, dengan modal nekat dia sudah mulai menjual produknya itu selama bertahun- tahun.

Jadi, Non-Fungible Token atau NFT adalah aset digital yang mewakili suatu barang berharga dengan nilai yang tidak dapat diganti atau ditukarkan. Setiap NFT memiliki data catatan transaksi di dalam sistem blockchain. Data ini berisi tentang siapa penciptanya, harga, dan histori. Saya sendiri sebagai seorang web Developer sangat harus mempelajari sistem kerjanya. Dengan mengikuti kursus Block Chain untuk mengupgrade kemampuan saya dalam membuat website.

Web3 juga dikenal sebagai “Web Semantik” sebuah generasi berikutnya dari internet yang terus dalam pengembangan. Salah satu fitur utama dari Web3 adalah kemampuan untuk terhubung dan bertukar data dengan perangkat dan sistem lain secara terdesentralisasi. Beda dengan web2 yang bergantung pada server dan sistem terpusat untuk menyimpan dan memproses data, web3 menggunakan teknologi buku besar terdistribusi seperti blockchain untuk bisa menyimpan dan memroses data secara terdesentralisasi. Hal ini tentu memberikan nilai lebih seperti keamanan, transparansi, dan interoperabilitas yang lebih besar.

Hasil beberapa proyek- proyek web 3.0 masih belum menunjukkan hasilnya secara maximal dunia kini dihebohkan oleh kemunculan tehnologi artificial intellegence atau kecerdasan buatan. Namun, penting untuk diingat bahwa perkembangan teknologi selalu sulit untuk diprediksi dengan pasti. Nasib Web 3.0 akan sangat dipengaruhi oleh inovasi teknologi yang muncul, penerimaan oleh komunitas teknologi dan bisnis, serta faktor-faktor sosial, politik, dan regulasi yang mempengaruhi perkembangan teknologi internet secara keseluruhan.