musik lektronik idm dan edm

Menjelajahi Semesta Musik Elektronik

Di era digital ini, musik elektronik telah menjadi fenomena global, menggetarkan lantai dansa dan memikat jutaan pendengar. Namun, di balik gemerlap EDM (Electronic Dance Music) yang populer saat ini, terdapat sejarah panjang dan beragam aliran musik elektronik yang patut ditelusuri. Artikel ini akan mengajak Anda menjelajahi semesta musik elektronik, dari techno klasik hingga IDM (Intellectual Dance Music) futuristik, Ambient Music, dan menelusuri masa kejayaan era rave party yang penuh semangat dan idealisme.

Penulis memang sudah mencintai musik elektronik ini di era 90an. Dia mengikuti dan cukup menjadi pelopor diantara teman- temannya yang masih mendengarkan musik metal dan Britpop pada masanya. Secara perlahan- lahan ia mulai menyelipkan musik- musik elektronik ini pada saat berkumpul bersama teman- temannya.

Menelusuri Akar Sejarah Musik Elektronik

Akar musik elektronik dapat ditelusuri kembali ke awal abad ke-20, dengan eksperimen para komposer seperti Pierre Schaeffer dan Karlheinz Stockhausen. Penggunaan synthesizer dan alat musik elektronik lainnya membuka gerbang baru bagi eksplorasi musik, melahirkan genre-genre seperti electropop, krautrock, dan kosmische musik.

Band Kraftwerk, Pink Floyd, Tangerine Dream, atau band lawas seperti Prodigy, Chemical Brothers, Aphex Twin adalah band- band ikut meramaikan kancah music electronic pada awal kebangkitannya.

Era Kejayaan Techno Klasik dan Rave Party

Pada dekade 1980-an, techno lahir di kota Detroit, Amerika Serikat, dengan ciri khas tempo cepat, ketukan drum yang tegas, dan melodi futuristik. Genre ini kemudian menyebar ke Eropa, khususnya Belanda, Jerman, dan Inggris, memicu ledakan popularitas rave party di akhir dekade 80-an dan awal 90-an.

Rave Party: Semangat Komunitas dan Idealisme

Rave party bukan sekadar pesta, melainkan perayaan budaya dan komunitas di mana para pencinta musik elektronik, atau yang dikenal sebagai ravers, berkumpul untuk menikmati musik tanpa batasan dan norma sosial. Di era ini, IDM (Intellectual Dance Music) mencapai puncak kejayaannya, dipelopori oleh musisi visioner seperti Aphex Twin, U-ziq, dan Squarepusher, Autehre, dll . IDM menawarkan musik yang kompleks, eksperimental, dan penuh dengan inovasi, melampaui batas-batas genre tradisional.

Mari selami lebih dalam aliran-aliran musik elektronik yang ada saat ini:

1. Techno Klasik: Lahir di Detroit pada era 80-an, techno klasik identik dengan tempo yang cepat (sekitar 120-150 BPM), hentakan drum yang tegas, dan melodi bernuansa futuristik. Beberapa sub-genre di dalamnya seperti Detroit Techno yang lebih gelap dan atmosferis, atau Acid Techno yang kental dengan suara synthesizer “acid.” Legenda seperti Juan Atkins, Derrick May, dan Dave Clarke adalah pionir genre ini.

2. Gabber: Datang dari Belanda pada era 90-an, gabber menawarkan energi liar dengan tempo yang sangat cepat (biasanya di atas 170 BPM), distorsi berat pada kick drum, dan teriakan vokal yang agresif. Sub-genre Happy Gabber, dengan melodi yang lebih ceria, sempat populer di kalangan raver.

3. Hard Techno: Berevolusi dari techno klasik, hard techno menghentak lebih keras dengan tempo yang lebih cepat (sekitar 140-180 BPM) dan penggunaan distortion yang intens pada instrumennya. Genre ini kerap diasosiasikan dengan suasana industrial dan underground.

4. Trance: Berbeda dari hentakan techno, trance menawarkan perjalanan musik yang lebih emosional dan penuh perasaan. Tempo yang moderat (sekitar 130-150 BPM) dipadukan dengan lapisan melodi yang meninggi, serta suara synthesizer yang dreamy, menciptakan suasana trance (kesurupan) bagi pendengarnya. Armin van Buuren, Tiesto, dan Paul van Dyk adalah nama-nama besar di genre ini.

5. House: Lahir di Chicago pada era 80-an, house memiliki tempo yang lebih santai (sekitar 115-130 BPM) dibandingkan techno. Genre ini didominasi oleh kick drum four-on-the-floor yang konstan, hi-hat yang berderak, dan sampel vokal yang funky. Sub-genre seperti Acid House yang kental dengan suara “acid” dan Deep House yang lebih fokus pada atmosfer, turut meramaikan ranah house. Frankie Knuckles, Marshall Jefferson, dan Larry Heard adalah pionir genre ini.

6. Drum and Bass (DNB): DNB memadukan kecepatan dan kompleksitas. Rata-rata bertempo di atas 170 BPM, genre ini dipenuhi dengan hentakan drum yang cepat dan rumit, serta garis bass yang berat dan bergulir. Sub-genre seperti Jump Up DNB yang lebih energik dan Neurofunk DNB yang lebih atmosferis, menambah variasi dalam DNB. Pendulum, Noisia, dan Andy C adalah beberapa nama besar di kancah ini.

7. Breakbeat: Genre ini lahir dari potongan-potongan drum yang disusun dengan kreatif, menciptakan ritme yang tidak terduga dan dinamis. Tempo bervariasi, namun sering kali berada di kisaran 100-140 BPM. Sub-genre seperti Big Beat yang kental dengan pengaruh rock dan Breakcore yang lebih ekstrem dengan tempo tinggi dan distorsi, membuat breakbeat memiliki spektrum yang luas. The Prodigy, The Chemical Brothers, dan Venetian Snares adalah musisi berpengaruh di genre ini.

8. Dubstep: Muncul di London pada awal 2000-an, dubstep ditandai dengan tempo yang lambat (sekitar 140 BPM) dan penggunaan sub-bass yang berat dan dalam. Genre ini kerap memakai wobble bass, yaitu efek goyang pada frekuensi rendah yang menjadi ciri khasnya. Skrillex, Excision, dan Burial adalah beberapa nama yang diperhitungkan dalam kancah dubstep.

9. IDM (Intellectual Dance Music): Digagas oleh Aphex Twin dan kawan-kawan, menawarkan eksplorasi sonik yang liar dan tak terduga. Genre ini menggabungkan elemen dari berbagai genre elektronik, bahkan genre lain di luar elektronik, menciptakan musik yang kompleks, eksperimental, dan penuh kejutan. Aliran ini lebih mementingkan eksplorasi artistik daripada unsur dansa. Autechre, Boards of Canada, dan Venetian Snares adalah beberapa musisi yang identik dengan aliran ini.

10. Ambient: Berbeda dari genre yang mementingkan beat dance, ambient justru fokus pada menciptakan suasana dan tekstur. Genre ini didominasi oleh suara-suara atmosferik, paduan synthesizer, dan efek suara yang menenangkan. Ambient cocok didengarkan untuk relaksasi, meditasi

Tips Menjelajahi Semesta Musik Elektronik:

  • Homeses Adalah home session. Contohnya ketika seorang DJ baru membeli beberapa koleksi barunya, ia memasang music tersebut seorang diri untuk mengeksplorasi music tersebut. Setelah mendalami secara personal terhadap lagu tersebut biasanya penulis baru akan memasangkan lagu- lagu tersebut kepada crowd. Di bawah pengaruh substance tersebut indera kita menjadi lebih sensitive. Banyak sound- sound yang tidak terdengar secara jelas saat normal ataupun mabuk minum sekalipun. Oleh karena itu kegiatan homsess ini adalah sangat penting bagi penulis untuk mendalami music koleksi terbarunya dan mengerti apa maksud dari music- music elektronik ini karena sound yang didengar ketika dibawah pengaruh substance akan sangat berbeda ketika kita mendengarkan dalam keadaan sober ataupun mabuk minum sekalipun.Dengarkan berbagai genre: Jangan hanya terpaku pada EDM yang populer. Jelajahi genre-genre seperti techno klasik, ambient, drum and bass, dan Intellectual Dance Music untuk menemukan musik yang sesuai dengan selera Anda.
  • Cari tahu sejarah dan asal-usul genre: Memahami sejarah dan asal-usul genre musik elektronik akan membantu Anda memahami konteks dan makna musik yang Anda dengarkan.
  • Dukung musisi independen dan lokal: Banyak musisi elektronik berbakat yang tidak terikat label besar. Mendukung mereka dengan membeli musik dan menghadiri pertunjukan mereka membantu menumbuhkan keragaman dan inovasi musik elektronik.
  • Hadiri festival musik underground: Festival musik underground sering kali menampilkan musisi elektronik yang lebih eksperimental dan inovatif, memberikan pengalaman mendengarkan musik yang berbeda dari festival musik mainstream.

Masa Keemasan EDM dan Perdebatan Kualitas Musik

Memasuki era 2000-an, musik elektronik semakin populer dan komersial, melahirkan genre EDM (Electronic Dance Music) dengan fokus pada melodi yang catchy dan beat yang energik. DJ-DJ seperti David Guetta, Martin Garrix, dan Skrillex menjadi ikon EDM, membawa musik elektronik ke panggung utama festival musik dan radio komersial. Tetapi kualitas mereka menurut saya adalah music kacangan.

Kritik terhadap EDM dan Kerinduan akan Musik Elektronik yang Bermutu

Namun, popularitas EDM diiringi dengan kritik terhadap kualitas musiknya. Banyak yang beranggapan bahwa EDM terlalu fokus pada komersialisasi dan kurang memperhatikan sisi artistik dan inovatif. Hal ini memicu kerinduan akan era rave party dan musik elektronik yang lebih bermutu, seperti IDM, yang mengedepankan eksperimentasi dan eksplorasi sonik.

Menikmati Musik Elektronik dengan Sadar dan Berwawasan

Bagi para pecinta musik elektronik, penting untuk memahami sejarah dan keragaman genre yang ada. Mendengarkan musik dengan sadar dan kritis, serta menghargai karya para musisi inovatif, akan membuka wawasan dan memperkaya pengalaman menikmati musik elektronik.

Kesimpulan

Musik elektronik menawarkan kekayaan genre, sejarah, dan budaya yang menarik untuk ditelusuri. Dengan memahami sejarah dan keragaman genre, serta mendengarkan musik dengan sadar dan kritis, kita dapat menikmati musik elektronik secara maksimal dan membuka wawasan tentang potensi musik ini yang tak terbatas.

Tidak lupa penulis untuk mengingatkan untuk berhati- hati dalam penggunaan substance jika mengkonsumsinya dalam acara electronic. Pakailah secara bijaksana dan tetap ingat Harm Reduction.

Silahkan jika ingin berkenalan dengan penulis sebagai Enthusiat Electronic Music bisa kontak melalui instagram saya https://instagram.com/ricfin

Artikel singkat dapat dibaca di medium